Jauh sebelum aku mengenal luka, dulu aku adalah seorang anak yang polos dan penu...


Jauh sebelum aku mengenal luka, dulu aku adalah seorang anak yang polos dan penuh dengan cinta. Membawa senyum setiap kali melangkah keluar dari rumah, menebarkan warna kepada langit dan biru semesta.

Jauh, sangat jauh sebelum aku menjadi segila ini; enggan keluar rumah walau hanya sekedar menyapa, berpura-pura bahagia lewat senyum yang merekah padahal hati sudah terlalu lelah, membenci aroma pagi hanya karena mereka telah bangun dan membuat sebuah kehidupan tampak bahagia.

Jauh sebelum itu semua terjadi, aku tak pernah seakrab ini dengan malam. Bahkan, sampai rela kelenjar air mataku habis dan terkuras agar aku bisa terus terjaga hingga pagi tiba. Karena hanya dengan malam, segala yang berbau masa lalu dapat dengan mudah untuk kuingat dan kukenang.

Bukan itu saja; gelap, berbatang-batang kretek di kamar, segelas kopi hitam, keindahan alunan musik melankolis ala Efek Rumah Kaca, sudah menjadi kawan setia dan menjadi kebahagiaan saat sepi menggerogoti jiwa. Habis apa lagi yang harus kulakukan selain merayakan sepi dan kesendirian dengan sedikit kemeriahan.

Ini adalah sebuah kehidupan dari seorang berandal malam, setelah satu kepala pergi dan memisahkan diri dari keluarga. Hingga yang tersisa, hanya hari-hari yang kelam.

by: Melancholy
#poetry #photography #phosphenous



Source

8 komentar:

  1. @telokejuuu salah satu alasan.

    BalasHapus
  2. If you don’t mind, I would love an English translation of this!! I love poetry

    BalasHapus
  3. 😭😭😭💔💔

    BalasHapus
  4. 😥😥,,bangkit,,, ayolah bangkit,walau mungkin tak mudah,, setidaknya kamu bukan orang yg lemah,,,💪💪🌈

    BalasHapus